About

LightBlog
LightBlog

Selasa, 19 Februari 2019

VIRALKAN PENTINGNYA MANAGEMENT CLASSROOM DAN ALPHA ZONE DI AWAL PEMBELAJARAN

😍😍












Tahun ajaran baru 2018-2019 ini, alhamdulillaah saya diamanahi mengajar bahasa inggris di kelas 5. Dengar punya dengar, ada beberapa beberapa siswa yang super lincah di kelas ini yang memerlukan perhatian lebih.  Agak sedikit kurang yakin sih pada diri sendiri, bagaimana tidak, konon katanya mereka memiliki kinestetik overloading alias sulit fokus,  sulit menyimak instruksi , sehingga bila sang guru belum menemukan kunci solusi yang pas, pengkondisian saat belajar biasanya gagal total. Walhasil waktu tidak efektif dan output KBM yang sudah dijalankan tidak memperlihatkan hasil maksimal.

Namun rasa antusias dari hati kecil ini mengatakan dengan bismillah insyaallah pasti bisa memberikan terbaik seperti halnya Bapak Ibu guru lainnya sudah lakukan. Alhamdulillaah dari dulu  semua anak di sini kan selalu diterima dan dihargai sebagai individu dengan karakter uniknya beserta  kecerdasan majemuknya masing-masing, atau bahasa kerennya mah multiple intelligences tea. Baarokallooh.

Jeng, jeng, jeng... Saat awal masuk, anak-anak  nampak di spot masing-masing beserta aktifitas khasnya. Pecah suara mereka. Ada yang duduk bergerombol di kursi entah sedang membicarakan apa, di lantai entah sedang menggambar apa, berdiri di pojok kelas entah sedang memikirkan apa, dan ada pula yang sedang bermain kucing dan tikus ataukah hanya sekedar memperebutkan sesuatu, entahlah..

Beberapa menit yang lalu sebenarnya mereka belajar  tahfidz. Ada  jeda 5 menit untuk peralihan jam mata pelajaran dan itu semestinya sudah kelar. Terbayang di tahun-tahun sebelumnya, anak-anak kelas 2 saja sudah pandai mengkondisikan diri sendiri , bila bu guru sudah di ambang pintu biasanya mereka langsung duduk berbaris rapi di depan papan tulis memulai pelajaran tanpa diminta, apalagi anak kelas 3, 4, 5 dan 6, sudah tidak usah ditanya lagi. Lha ini...? Pergeseran zaman sepertinya dimulai. Okelah kalau begitu. Selamat datang cinta.. Kuterima challenging ini. Demi kalian, rela deh, kerja keras menyingsingkan fajar (tangan: red). Berdecak sendiri. Seperti sebuah pepatah "Tak kenal maka tak sayang" Bila sudah sayang niscaya ini akan jadi semudah memakan seiris kue. Yummy...

Masih tegak diam, menatap satu-satu shalih shaliha ini sebelum jurus jitu dikeluarkan. Gelagatnya, mereka mesti dipanggil dulu baru bisa duduk rapi. Boleh jadi mereka melihat dan menyadari, namun luapan dalam diri membiaskan kesadaran mereka atas kehadiranku.  Kubuka buku absen, dengan lemah gemulai ku panggilah satu-satu. Sukses.. ! Untuk sekali lagi saya diabaikan. 

Ku tariklah kursi, perlu merilekkan diri dulu sesaat. Aha.. biasanya surat al fatihah ampuh nih memanggil perhatian shalih shaliha. Dan benar, satu dua anak putri mulai terkena magnit. Mereka bergegas mengambil buku dan duduk cantik di garis pertama.

Strategi kedua, kuhampiri shalih shaliha yang masih sibuk sendiri, kutepuk pundak-pundaknya sesekali usap kepalanya "Nak, mari duduk di depan sana, berbaris rapi", mereka mulai berdatangan ke zona kosong yang dimaksud.

Dan bagaimana dengan "Four musketeers"? Four musketeers yang dimaksud ini adalah ada 4 anak yang masih belum terlihat sedikitpun ekspresi tertarik untuk bergabung, malah asyik keluar masuk pintu mengundang perhatian dengan gaya belutnya, hi.. hi. (Mohon maaf sekedar majas; kiasan bukan arti sesungguhnya). Akan tetapi setelah  dinyalakan video dan bermain tepuk "touch your ears" barulah ketahuan resepnya, tiga di antara mereka ini bergaya audio-visual dan satunya lagi linguistik kinestetik banget. Bak laron terhisap cahaya, merekapun masuk barisan dengan senang, pelajaranpun akhirnya bisa dimulai mulus, dari salam, penyampaian aturan kelas, apersepsi, penyampaian pesan karakter islami, mengerjakan worksheet find someone who, hingga ke sesi penutup.

Shalih-shaliha kalau sudah siap dan fokus belajarnya, terasa sekali yah energi semangatnya..meluap-luap! Ungkapan-ungkapan bahasa inggris yang suka ditemukan di kehidupan sehari-haripun (bisa jadi dari film yang sudah mereka tonton di rumah, atau lagu yang pernah mereka dengar) tak luput ditanyakan, "Bu, bu artinya I don't care apa bu". Saya tahu anak-anak boleh jadi sudah tahu artinya dan hanya sekedar mengetes saya. Tapi ini bicara kesempatan emas, untuk melakukan interaksi caring each other. Apapun pertanyaannya, dengan senyum mengembang kami sudah tradisi untuk selalu menjawab setiap pertanyaan namun sesekali mengingatkan agar terhindar dari asbun (asal bunyi). Sebab setiap perkataan baik itu adalah sedekah.
Adbox